2)
Kebudayaan & Kepribadian
a.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
-
Zaman Batu Tua
Alat-alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan
peralatan masih kasar, misalnya kapak genggam. Kapak genggam semacam itu kita
kenal dari wilayah Eropa, Afrika, Asia Tengah, sampai Punsjab (India), tapi
kapak genggam semacam ini tidak kita temukan di daerah Asia Tenggara.
Berdasarkan penelitian para ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto-Austronesia
pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak batu besar ataupun kecil
bersegi-segi berasal dari Cina Selatan, menyebar ke arah selatan, ke hilir
sungai-sungai besar sampai ke semenanjung Malaka Lalu menyebar ke Sumatera,
Jawa. Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampai ke Flores, dan Sulawesi, dan
berlanjut ke Filipina.
Kapak-kapak tersebut diasah sampai mengkilap dan diikat pada
tangkai kayu dengan menggunakan rotan. Sebagai tambahan seiring persebaran
kapak batu tersebut tersebar pula Bahasa Proto-Austronesia yang merupakan induk
dari bahasa dari bangsa-bangsa di sekitar Samudera Indonesia dan Samudera
Pasifik. Karena perkembangannya muncul bahasa melayu yang nantinya di negara
Indonesia berkembang menjadi bahasa Indonesia.
-
Zaman Batu Muda
Pada zaman batu muda memiliki ciri-ciri seperti : mulai menetap
dan membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani, dan berternak
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Manusia pada zaman batu muda telah mengenal dan memiliki
kepandaian untuk mencairkan/melebur logam dari biji besi dan menuangkan ke
dalam cetakan dan mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat
senjata untuk mempertahankan diri dan untuk berburu serta membuat alat-alat
lain yang mereka perlukan.
Bangsa-bangsa Proto-austronesia yang masuk dari Semenanjung
Indo-China ke Indonesia itu membawa kebudayaan Dongson, dan menyebar di
Indonesia. Materi dari kebudayaan Dongson berupa senjata-senjata tajam dan
kapak berbentuk sepatu yang terbuat dari bahan perunggu.
Hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini adalah
kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum memasuki zaman Hindu telah
mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya dan penting bagi perkembangan
kebudayaan Indonesia selanjutnya.
b.
Kebudayaan Hindu, Bhuda dan Islam
-
Kebudayaan Hindu & Budha
Pada abad ke-3 dan ke-4 agama hindu mulai masuk ke Indonesia di
Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan setempat dengan
kebudayaan. Sekitar abad ke 5 ajaran Budha masuk ke indonesia, khususnya ke
Pulau Jawa. Agama Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dibandingkan
Hinduisme, sebab budhisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam
masyarakat. Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya di Pulau
Jawa tumbuh dan berdampingan secara damai. Baik penganut hinduisme maupun
budhisme masng-masing menghasilkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi
dalam seni bangunan, arsitektur, seni pahat, seni ukir, maupun seni sastra,
seperti tercermin dalam bangunan, relief yang diabadikan dalam candi-candi di
Jawa Tengah maupun di Jawa Timur diantaranya yaitu Borobudur, Mendut,
Prambanan, Kalasan, Badut, Kidal, Jago, Singosari, dan lain-lain.
Beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain :
Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof. Dr. Ir. J. L. Moens
berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria
atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India
abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke
Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr. N. J. Krom, berpendapat
bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang
untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah
dengan orang Indonesia.
Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J. C. Vanleur berpendapat
bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah
kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku
di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
-
Kebudayaan Islam
Abad ke 15 dan 16 agama islam telah dikembangkan di Indonesia,
oleh para pemuka-pemuka islam yang disebut Walisongo. Titik penyebaran agama
Islam pada abad itu terletak di Pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke
Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebelum abad ke 11 sudah ada wanita islam
yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik. Masuknya agama Islam ke Indonesia
berlangsung secara damai. Hal ini di karena masuknya Islam ke Indonesia tidak
secara paksa. Melainkan dengan cara baik-baik, di samping itu disebabkan sikap
toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Abad ke 15 ketika kejayaan maritim Majapahit mulai surut,
berkembanglah negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan
kewibawaan Majapahit yang berpusat pemerintahan di pedalaman. Negara-negara
yang dimaksud adalah Negara Malaka di Semenanjung Malaka, Negara Aceh di ujung
Sumatera, Negara Banten di Jawa Barat, Negara Demak di Pesisir Utara Jawa
Tengah, Negara Goa di Sulawesi Selatan . Dalam proses perkembangan
negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang. Pedagang kaya dan
golongan bangsawan kota- kota pelabuhan, nampaknya telah terpengaruh dan menganut
agama Islam. Daerah-daerah yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama
Islam mempunyai pengaruh yang mendalam dalam kehidupan penduduk. Di daerah yang
bersangkutan. Misalnya Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Timur, Sumatera
Barat, dan Pesisir Kalimantan.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang
mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Kebudayaan Islam
memberi saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian Bangsa
Indonesia.
c.
Individu, Keluarga & Masyarakat
1. Pertumbuhan Individu
a)
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak
terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang
istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23).
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat
dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perseorangan.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas
di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai
persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek
psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu
aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku
menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan : pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu
masyrakat yng menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil
jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan
keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya
memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua
lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya
menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
b)
Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.
Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetic, hormon dan lingkungan. Meskipun secara
umum, faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara
dan suhu lingkungan. Akan tetapi, di daerah tropis zat hara lebih penting dibandingkan
lingkungan. Tidak semua makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk aktivitas,
pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya, 2004).
Menurut Affandi (2002), pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah
individu/biomas pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi
keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang
mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).
Menurut Kartono pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologi
sebagai hasil dari pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada diri anak yang sehat dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh
lingkungan dan keturunan secara kontinyu. Sedangkan perkembangan yaitu proses
transmisi dari psikis dan fisis yang hereditas, distimukasikan oleh
faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan aktif menjadi
kontinyu.
Namun Menurut Moh Kasiram Pertumbuhan adalah adanya perubahan
dalam bentuk ukuran dan fungsi-fungsi mental sedangkan perkembangan mengandung
arti adanya pemunculan sifat yang baru.
c)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Individu
-
Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang
utuh seperti kepala, tangan, kaki dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis
yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki
karakteristik fisik yang sama.
-
Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada
penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan
baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika
lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu
yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
-
Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya.
Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan
sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi
suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang
sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
2. Hubungan Individu, Keluarga
& Masyarakat
a)
Makna Individu
Manusia adalah makhluk individu, makhluk individu berarti makhluk
yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan
raganya.
Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan
suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai
kesatuan. Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa
raganya. Bukan hanya kegiatan alat-alat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas
dari kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
Dalam kamus ilmiah, individu berarti pribadi, perseorangan,
person. Jadi, individu dapat berarti pribadi atau person yang merujuk kepada
manusia. Yang perlu kita garis bawahi adalah kata merujuk kepada manusia karena
individu melekat kepada diri seorang manusia, dan individu tidak dipakai untuk
makhluk yang lain, seperti binatang atau pun tumbuhan.
b)
Makna Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana kita pertama kali belajar tentang
dunia, dan memiliki hubungan darah dengan satu individu dengan individu
lainnya.
Keluarga adalah orang yang teramat dekat, tempat kita saling
berbagi, tempat kita saling memberi, tempat kita berkorban, tempat kita
menumpahkan fitrah kita sebagai manusia.
Keluarga, tempat kita kembali, memperkuat ruhiyah kita, memperkuat
tarbiyah, memperkuat ukhwah. Dan aku telah memilih. Bagiku keluarga ditautkan
bukan hanya oleh darah, namun lebih dari itu oleh akidah. Pertautan yang sangat
kuat. Bayangkanlah ada seseirang yang rela membagi dua hartanya, bahkan mempertaruhkan
nyawanya demi keluarganya yang lain. Dan itu bukan ditautkan oleh darah namun
akidah.
c)
Makna Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu
merupakan jaringan perhubungan antara berbagai individu. Dari segi pelaksanaan,
ia bermaksud sesuatu yang dibuat - atau tidak dibuat - oleh kumpulan orang itu.
Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.
Oleh karena sesebuah masyarakat yang inginkan kestabilan
memerlukan ahli-ahli yang sanggup menolong antara satu sama lain, maka ia perlu
kepada nilai-nilai murni seperti kerakyatan, hak dan etika. Ini merupakan
perkara asas untuk mencapai keadilan. Jika nilai-nilai ini gagal dipatuhi,
orang akan mengatakan sesebuah masyarakat tersebut sebagai tidak adil dan
musibah akan berlaku.
Prof. M. M Djojodiguno berpendapat tentang masyarakat adalah suatu
kebulatan dari pada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia
dengan manusia.
R. Linton berpendapat bahwa Masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama,sehingga mereka ini dapat
mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial
dengan batas tertentu.
Oleh M. J Herskovist : Masyarakat adalah kelompok individu yang di
organisasikan dan menguikuti satu cara hidup tertentu.
Oleh Hasan Shadily : Masyarakat adalah golongan besar atau kecil
dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan
dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
d)
Dua Golongan Masyarakat
Berdasarkan pekerjaan (profesi) dan penghasilanya, Bangsa
Indonesia dibagi dalam dua (2) golongan, yaitu :
-
Bangsa Indonesia yang
“Pekerjaan dan Penghasilannya ditanggung atau dijamin oleh Pemerintah”,
misalnya PNS, TNI, POLRI, Jaksa, Hakim, dan lain-lain seluruh aparatur tetap
pemerintah. Golongan ini dijamin pekerjaan dan penghasilannya, sebagai bukti
jaminan penghasilan pada golongan ini adalah, mereka memerima gaji pada setiap
akhir atau awal bulan. Pada tingkatan tertentu, dimana seseorang pada golongan
ini telah menduduki jabatan, selain jaminan penghasilan, juga mendapat tambahan
fasilitas lainnya, misalnya : perumahan, kendaraan (mobil), fasilitas
kesehatan, biaya perjalanan, dan lain-lain. Apabila dalam ketentuan batas usia
maupun masa kerja telah tercapai dan sudah tidak lagi dipekerjakan atau
diperbantukan, maka akan “Dipensiun” dengan dijamin hak penghasilan pensiun
yang biasanya diterima pada setiap awal bulan. Dan ini semua sudah dikuatkan,
atau diatur dan ditetapkan dalam undang2 ataupun peraturan pemerintah atau
peraturan menteri.
-
Golongan Bangsa atau Masyarakat
yang Pekerjaan dan Penghasilannya tidak ditanggung atau tidak dijamin oleh
pemerintah. Golongan ini adalah masyarakat swasta, seperti petani, pedagang,
jasa, buruh, dan pengusaha-pengusaha lainnya. Golongan ini mulai dari mencari
pekerjaan, meciptakan pekerjaan, mengerjakan pekerjaan, mengelola pekerjaan,
dan lain-lain dilakukan sendiri secara mandiri, dan penghasilannya tergatung
dari hasil jerih payahnya sendiri, tidak ada campur tangan pemerintah disini.
Kedua golongan tersebut di atas adalah sama-sama Bangsa Indonesia,
sama-sama membayar pajak, tetapi mendapat perlakuan yang berbeda perihal
jaminan kepastian mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak. Golongan
yang ke dua (2) tidak akan menuntut penghasilannya ditanggung dan dijamin
pemerintah, akan tetapi dimohon pemerintah cukup mengerti dan bisa membantu
memfasilitasi terselenggaranya pekerjaan golongan masyarakat swasta. Kalau
perlu Pemerintah harus segera menyusun dan merumuskan visi-misi kedepan, yang
menjamin kepastian mendapatkan pekerjaan (dan penghasilan yang layak) bagi
setiap Kepala Keluarga (KK) Warga Negara Indonesia, dengan membantu
memfasilitasi terselenggaranya lapangan kerja. Misalnya di bidang pertanian dan
perikanan, Negara Indonesia (khususnya pemerintah) sudah mempunyai modal dasar
yaitu lahan tanah dan lautan, pemerintah tinggal membuat rencana skala ekonomi
dan memfasilitasi sarananya (dengan berbagai macam aturan), biarkan masyarakat
(tani dan nelayan) yang bekerja dan mengerjakan dilapangan. Jadi Pemerintah
sebagai penyelenggara Negara harus bisa menjamin rakyatnya untuk medapatkan
kepastian mendapatkan pekerjaan (dan penghasilan yang layak) bagi setiap
warganya (paling tidak bagi setiap kepala keluarga / KK).
e)
Macam-Macam Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang
harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga tersebut antara lain :
-
Fungsi Pendidikan
Orangtua sebagai anggota keluarga berfungsi untuk mendidik
anak-anak, dengan menyekolahkan mereka sampai ke jenjang yang tinggi. Selain
pendidikan formal, keluarga juga bisa memberikan didikan informal diluar
sekolah. Hal ini dilakukan agar kelak mereka bisa menjadi anak-anak yang
berguna bagi keluarganya sendiri maupun bangsa dan Negara.
-
Fungsi Religius
Keluarga juga berfungsi memperkenalkan agama atau keyakinan kepada
anak-anak sejak mereka masih kecil. Orangtua wajib menanamkan nilai-nilai agama
kepada anak-anak mereka untuk bekal kehidupan setelah di dunia ini. Karena
harus kita ingat bahwa tidak selamanya manusia hidup di dunia.
-
Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi ini harus dijalankan oleh kepala keluarga. Ayah
sebagai kepala keluarga wajib untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rumah tangga. Namun, di zaman emansipasi wanita sekarang
ini tidak jarang kita lihat ada ibu-ibu yang turut membantu memenuhi kebutuhan
keluarga dengan bekerja sebagai wanita karier.
f)
Hubungan Individu, Keluarga & Masyarakat
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di
pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya
perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya.
Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri
sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling
mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat.
Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai
wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali,
sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang
yang berpribadi.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga
mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam
proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya
diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu
menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan
hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang
memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk
mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan
jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat
terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi
tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada
pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu
itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala-gejalanya.
Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan
merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota
masyarakat.
Sumber : http://bayoscreamo.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar